Senin, 23 Juni 2014

Once Upon A Time in Luwuk

Jalan Dewi Sartika, Luwuk, hari itu tidak tampak seperti biasanya. Jalan kecil yang melewati komplek sekolah dan kampus seperti SDN 4, SDN 5, SKB, SMAN 1 Luwuk, dan Universitas Tompotika tersebut pada hari itu dipadati kendaraan yang diparkir sembarangan di kedua sisinya. Wajar saja, hari itu adalah hari pengambilan rapot. Ketiadaan personel Polantas di situ membuat kondisi lalu-lintas semakin semrawut. Siang itu matari bersinar terik seolah memanaskan permukaan jalan seperti penggorengan di atas kompor yang sedang menyala. Oh iya, jalan kecil itu adalah jalan satu arah. 

Saya baru saja hendak keluar dari areal parkir gedung Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang berlokasi di depan Universitas Tompotika untuk suatu keperluan. Istri dan ketiga putri saya sedang berada di areal gedung itu untuk mengikuti acara pengambilan rapot putri pertama dan ke dua saya. Sebabnya adalah sebuah mobil truk kontainer yang terjebak di tengah-tengah jalan karena tumpukan motor, yang saya duga, milik siswa-siswi SMAN 1 Luwuk yang diparkir hingga nyaris memenuhi badan jalan. Ditambah lagi dengan mobil yang diparkir di sisi kanan, membuat truk kontainer besar itu menjadi terjebak. Di belakangnya deretan kendaraan semakin mengular dengan pengendaranya yang makin resah karena cuaca yang panas, sementara di depan truk itu terbentang keruwetan yang tak mudah untuk diurai. Suara klakson dari kendaraan di belakang saya membuat udara Luwuk yang sudah panas menjadi bising tak karuan. Sambil mengendarai sepeda motor matic, saya mencoba membelah deretan kendaraan yang memenuhi jalan tersebut dan mencari-cari celah agar bisa lolos dari kemacetan yang ternyata sudah sangat parah.

Truk besar itu berhenti dengan menyedihkan dan mesinnya, entah kenapa, dimatikan. Saat hendak melewati truk itu, saya mendapati sebuah pemandangan yang membuat hati ini terenyuh: supir truk itu, dengan wajahnya yang tenang, menyeret-nyeret beberapa motor yang diparkir tanpa adab itu satu demi satu agar jalur yang hendak dilewatinya terbuka. Tergerak dengan usaha keras sang supir, saya lalu menepikan motor saya ke salah satu "areal parkir" dadakan yang masih terbuka di depan pintu gerbang SMAN 1 Luwuk dan bertanya kepada salah seorang siswa sekolah itu dimana satpam sekolah itu berada. Mereka menjawab tidak tahu. Saya lalu berinisiatif dengan memerintahkan para siswa yang sedang lewat di depan gerbang sekolah itu untuk membantu sang supir menggeser kendaraan teman-teman mereka yang diparkir sembarangan itu. Saya lalu berjalan ke dalam sekolah dan menemui tiga orang, sepertinya guru atau tamu yang sedang berdiri di depan bangunan kantor sekolah itu, dan menanyakan kepada mereka dimana keberadaan satpam dan mengulangi penjelasan yang sama sebagaimana yang saya sampaikan kepada salah seorang siswa yang belakangan saat saya kembali ke pinggir jalan sudah tak nampak batang hidungnya! Anak sialan!

Usai menjelaskan kepada ketiga orang itu, salah satu dari mereka tampak tergerak untuk membantu saya dan supir itu untuk membuka jalan bagi truk kontainer yang terjebak di tengah jalan. Maka jadilah supir truk itu, saya, dan seorang lelaki yang tadi saya ajak bicara di depan kantor sekolah menjadi sukarelawan dadakan untuk menyingkirkan motor-motor yang diparkir sembarangan itu supaya kemacetan itu bisa segera diuraikan. Dan memang harus ada yang bergerak untuk menuntaskan masalah ini bukan?  Saya juga menyeret dua orang siswa SMAN 1 yang sedang melintas untuk turut membantu kami dengan susah payah saat mendapati banyak dari motor-motor itu dikunci stangnya. Sementara deretan mobil di belakang truk semakin tampak memprihatinkan dan motor-motor yang berhasil melewati kemacetan parah itu hanya melewati kami begitu saja tanpa terpengaruh dengan usaha yang sedang kami lakukan, ditambah dengan pekikan klakson mobil yang tak henti-hentinya berteriak, perlahan tapi pasti akhirnya kami berhasil membuka jalan bagi truk besar itu supaya bisa melintas. Syukurlah. Supir truk itu mengucapkan terima kasih kepada kami berempat. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada lelaki muda dan dua orang siswa SMAN 1 yang telah membantu untuk memecahkan masalah ini meski mereka sebenarnya tidak bertanggung-jawab dengan masalah itu.

Peristiwa pada siang yang panas di ruas jalan Dewi Sartika itu mengajari saya bahwa di dunia ini masih ada orang baik. Di dunia ini masih ada orang yang sedia berkorban, meski sebenarnya mereka bisa saja merasa berat melakukannya – ehem, soal niat ini bukan domain saya –, namun toh pada akhirnya mereka melakukan perbuatan baik sebatas yang mereka mampu dan tidak memilih tempat sebagai komentator terbaik kala itu. Semoga Allah memberikan balasan setimpal atas amal baik mereka hari itu. Hal lainnya, saya jadi sadar, bahwa tidak semua orang bisa menjadi problem solver. Saya tidak menuduh orang-orang yang tidak ikut “kerja-bakti” siang itu sebagai orang-orang yang minus kepedulian. Mungkin ada alasan lain yang membuat mereka tidak turut serta dengan kerja kecil kami waktu itu. Saya juga mendapati ada wajah-wajah kecut yang memandang ke arah kami saat kami sedang berjibaku dengan upaya memindahkan motor-motor itu agar jalan bisa kembali dilewati. Saya tidak bisa melakukan apa-apa kecuali hanya fokus dengan pekerjaan saya saat itu dan tidak menghiraukan tatapan sinis mereka. Saya jadi sadar, bahwa saat kita mencoba berbuat baik maka akan ada orang yang tidak terima dengan perbuatan kita, tapi itu bukan berarti kita berhenti melakukannya, kan? Mungkin sikap tidak terima mereka karena ketidaktahuan mereka, mungkin ada penjelasan lain yang saya tidak mengerti. Tapi itu sepertinya bukan masalah yang harus dibesar-besarkan.

Setelah kemacetan parah itu usai, saya menstarter kembali motor saya dan berbelok ke jalan DI Panjaitan dan meneruskan perjalanan saya. Tiba-tiba saja, rongga dada ini dipenuhi dengan kesejukan yang saya tidak mengerti darimana arah kedatangannya. Moga Gusti Allah ampuni kekhilafan saya karena sudah memisuhi salah satu siswa tadi dan memberikan saya kekuatan hati untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain, sekecil dan seremeh apapun. [wahidnugroho.com]

Kilongan, Juni 2014


Reaksi:

2 komentar:

  1. Sepeda motor parkir pakai kunci stang? Di Luwuk?
    Benar-benar suatu kemajuan... :)

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus