Sabtu, 25 Agustus 2012

Najib Al Kailani Sang Sastrawan Haraki

Najib ibn Ibrahim ibn Abdul Lathif al-Kailani. Sastrawan Mesir ini lahir di desa Syarsyabah pada bulan Muharram 1350 H, atau pada bulan Juni 1931 M. Kampung halamannya pada waktu itu masih dalam kekuasaan penjajah Inggris. Ayahnya seorang petani yang memiliki tiga orang anak, yakni Najib, Amin, dan Muhammad.

Ketika Najib berusia delapan tahun, Perang Dunia II terjadi. Desa kelahirannya, begitu pula seluruh pelosok Mesir, dilanda bencana serta krisis ekonomi, politik, serta sosial. Semua kekayaan rakyat dirampas oleh pihak penjajah Inggris.

Najib banyak dipengaruhi oleh kakek dari pihak ibunya, yakni Haji Abdul Qadir Al Syafi’i. Ia merupakan seorang lelaki shaleh yang berprofesi sebagai pedagang besar dan dikenal juga sebagai seorang hafidz (penghafal) Qur’an. Di tangannyalah Najib kecil mendapatkan banyak tempaan.

Pada usia delapan, Najib memasuki sekolah di Syanbath. Kendati di awal ayah Najib cemas kalau-kalau ia tidak mampu membiayainya, namun pada kenyataannya Najib mampu menyelesaikan sekolah di sana. Najib kemudian meneruskan sekolah menengahnya di kota kecil Thantha selama lima tahun. Setelah lulus dari Thantha, ia meneruskan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Fuad Al Auwal. Sebenarnya Najib lebih menyukai kuliah di Fakultas Adab atau Hukum, namun ayahnya lebih menyukai ia kuliah di kedokteran.

Empat tahun kemudian, semasa menjadi mahasiswa, ia dijebloskan ke penjara selama tiga tahun karena keikutsertaannya dalam kelompok Al Ikhwan Al Muslimun sejak tahun 1955 sampai 1958. Sekeluarnya dari penjara, ia meneruskan studinya kembali. Hanya saja, pada tahun 1965 ia kembali dijebloskan ke penjara selama dua tahun.

Pada tahun 1967, Najib pindah ke Kuwait dan bekerja di sana, kemudian pindah lagi ke Dubai. Setelah berkali-kali dipindahtugaskan, Najib akhirnya diangkat menjadi Direktur Kementrian Kesehatan untuk UniEmirat Arab. Ia juga merupakan salah satu anggota Lembaga Kesenian untuk negara-negara Teluk dan aktif dalam pelbagai seminar dan kajian tentang kesehatan dan sastra.

Semasa mudanya, Najib sangat rakus membaca. Ia melahap semua bacaan seperti Ar Risalah, Ats Tsaqafah, Al Hilal, dan lain-lain. Dia juga banyak belajar dari pengarang terkenal lainnya seperti Sayyid Quthb, Mustafa Sadiq Ar Rafi’i, Al Mazani, Al Aqqad, Taufik Al Hakim dan lain-lain. Selain itu, ia juga menyukai sajak-sajak Al Mutanabbi, Syauqi, dan Hafidh Ibrahim. 

Sebagai seorang sastrawan yang ternama di Mesir, ia telah banyak menghasilkan novel di antaranya Al Ardhu Al Anbiya, Hikayah Jadu Allah, Hamamatu Salam, Dam Lathir Shohiyun, Aladzina Yahtariqun, Ra’su Syaithan, Al Dhil Al Aswad, Al Thariq Ath Thawil, Thola’i Fajr, Azda Jakarta, Qatil Hamzah, Layali Turkistan, Nida Al Khalid, Ala Abwabi Khaibar, Amaliqah Asy Syamal, Fi Al Dhalam, Lail Al Khothoya, Mawakib Al Ahrar, Nur Allah, Al Yaum Al Maw’ud, dan masih banyak yang lainnya.

Selain novel, Najib juga menghasilkan antologi cerpen seperti Dumu’u Al Amir, Hikayat Thayibah, Inda Al Rahil dan Mau’iduna Ghadan. Najib juga pernah membuat sebuah sandiwara berjudul Ala Aswaari Damsyiq, yang terdiri dari empat babak. Sandiwara itu ditulisnya ketika ia masih dalam penjara, yang menceritakan tentang peperangan bangsa Tartar dengan kaum muslimin. Di antara tokohnya adalah Ibnu Taimiyah yang menggelorakan semangat jihad kaum muslimin.

Sementara itu, Najib juga menghasilkan banyak karya nonfiksi antara lain; Haula Din Wa Daulah, Ath Thariqi Ila Ittihad Islam, A’daa Al Islamiyah, Al Mujtama’, Al Maridh, Iqbal Al Sya’ir, Al Islamiyah wal Al Madzhahib Al Islamiyah, Al Islam wa Al Jins, serta Syauqi fi Rakhbi Al Khalidin.

Pada tahun 1957, Najib pernah mendapat penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Pengajaran Mesir atas novelnya Ath Thariq Ath Thawil. Kemudian pada tahun 1958 Naji mendapatkan penghargaan dari pihak yang sama atas novelnya Fi Al Dholam serta buku non fiksinya yang berjudul Iqbal Al Sya’ir Ats Tsaair, Syauqi Fi Rakhbi Al Khalidin, dan Mujtama Al Maridh. Dan pada tahun 1959 ia juga mendapatkan penghargaan medali emas atas antologi cerpennya yang berjudul Mau’iduna Ghodan dari Festival Thaha Husein.

Pada tahun 1960 Najib memenangi sayembara penulisan novel yang diselenggarakan oleh Lembaga Tertinggi Pemeliharaan Seni dan Sastra untuk novelnya yang berjudul Al Yaum Al Maw’ud. Pada tahun 1979 karyanya yang berjudul Qatilul Hamzah memenangkan sayembara penulisan novel yang diadakan oleh Lembaga Bahasa Arab. Pada tahun 1980 Najib juga mendapatkan penghargaan dari pemerintah Pakistan atas bukunya Iqbal Asy Sya’ir Ats Tsaair yang membahas tentang syair-syair revolusioner. Najib meninggal karena sakit pada tahun 1993. [wahidnugroho.com]

H2, Agustus 2012

Ganti Template (lagi dan lagi)

Untuk yang kesekian kalinya (well, entah untuk yang ke berapa kali) saya harus mengganti template blog yang membosankan ini. Template sebelumnya terlalu sesak. Terlalu banyak info gak penting dan penuh nuansa kenarsisan yang saya pajang di sana. Yah, walo begitu, blog ini tidak akan berkurang tingkat narsisisme dan ketidakjelasan. 

Alamak, cakap apa aku ini? [wahidnugroho.com]

Lantai 3 LTO