Selasa, 10 November 2009

Luka Kecil Itu...


“Kalau urusan menjaga fisiknya saja bisa kami lalaikan, maka bagaimana lagi dengan menjaga jiwanya”

***

Lengan kiri anakku terluka. Entah siapa yang telah ceroboh sehingga ada garis sepanjang kurang lebih tiga sentimeter mengoyak kulit lengannya yang halus itu. Ketika kutanyakan kepada istri, ia hanya bisa menggeleng.

“Mungkin kalau bukan Mamak (mertua saya) ya Peni (ipar saya), mas”, ujarnya menginvestigasi.

“Bisa jadi”, jawabku singkat.

Sebenarnya, perhatianku tidak tertuju pada siapa yang salah dan sebagainya. Bisa saja dua orang yang disebut istriku tadi pelakunya, dan bisa juga orang lain. Itu pun belum tentu pelakunya mengetahui bahwa akibat kecerobohan kecilnya itu, lengan mungil putriku yang cantik telah terluka dibuatnya.

“Pantesan tadi siang Azka nangis terus, mas”, kata istriku untuk merinci suasana.

“Oh, begitu..”, sahutku enggan memberi detail pada penderitaan yang dirasakan anakku.

Tapi bukan itu yang ingin ku tumpahkan dalam tulisan ini. Bukan.

Tadi sore, ketika luka itu diketahui olehku, sontak jiwaku langsung berguncang hebat. Ada sesak yang menyeruak di dalam dada. Ada kesedihan yang begitu mendalam karenanya. Kesedihan yang tak mampu kulukiskan, bahkan dengan sejuta kata.

“Ummu Azka”, ucapku memecah keheningan. Ia pun menoleh.

“Kalau luka kecil ini saja bisa membuat dadaku sesak, jiwaku terguncang, dan perasaan bersalah begitu menghantui diri ini, bagaimanakah perasaan para orangtua yang kehormatan anak gadisnya telah direnggut dengan cara-cara yang keji ya? Apa hati mereka nggak sakit? Apa mereka nggak marah sama pelakunya itu?”, tanyaku retoris sambil mengingatkannya tentang beberapa kejadian buruk yang menimpa sebagian kawan wanitanya.

“Iya ya mas”, jawabnya singkat.

Okelah, Anda bisa berkomentar bahwa saya terlalu berlebihan ketika menyikapi “hal kecil” ini. Tapi tidak! Ini bukan perkara kecil. Ini adalah miniatur dari perkara besar yang hendak Allah tunjukkan kepada kami, sehubungan dengan tanggungjawab kami sebagai orangtuanya. Ini berkaitan dengan tanggungjawab kami dalam mengemban amanah bernama ‘Anak’ yang kami begitu cintai dan sayangi. Yang dengan cinta itu kami rela untuk mengorbankan apa yang kami punya, dan apa yang kami rasa demi kebahagiaannya.

Karena, kalau urusan menjaga fisiknya saja bisa kami lalaikan, maka bagaimana lagi dengan menjaga jiwanya? Bagaimana dengan iman dan kehormatannya? Bagaimana dengan kesucian dirinya? Perkara-perkara yang begitu kuat ingin kami jaga dan bina itu apakah bisa kami melakukannya?

“Robbana…” hanya kalimat itu yang bisa kulafadzkan ditengah gemuruh yang membadai di dalam dada ini. Berikan kami kekuatan untuk melindungi anak-anak kami ya Allah… [wahidnugroho.blogspot.com]



Ruang PDI
Oktober 2009

Padam



Listrik boleh padam, cucian di kamar mandi boleh menumpuk, agenda boleh berantakan, pakaian boleh belum disetrika, tapi jangan sampe semangat kita redup karenanya. Okelah, silakan PLN disalahkan karena dibilang nggak becus kerjanya, bolehlah Pemda dikritik sana-sini karena terkesan cuek-bebek, nggak masalah kalo masyarakat pada demo dan mogok bayar rekening listrik, biarkan saja, itu hak mereka untuk menilainya. Hanya saja, jangan sampai itu semua kita jadikan alasan untuk mandek berkontribusi positif bagi bangsa ini.

Jangan sampai, waktu kita hilang untuk mencaci sana-sini, jangan sampai usia kita habis untuk kritik ini dan kritik itu, jangan sampai kesempatan yang ada melayang karena kita sibuk mengisinya dengan kesia-siaan. Hayoh, bulatkan tekad, kuatkan semangat, lipatgandakan ikhtiar, perteguh kepasrahan kepadaNya, dan jadikan hidup kita lebih bermakna dengan memanfaatkan sekecil apapun kesempatan yang ada, sesingkat apapun waktu yang tersedia, dan pendek apapun jalan yang terbentang. Karena Rasulullah saja pernah menyuruh kita untuk menanam benih, meski besok kiamat tiba, apalagi kalo sekedar pemadaman listrik!

So, there’s no more reason for us to stop struggling! No more reason for us hangin on the sadness! Keep fight for your life, coz there would’nt be no second chance for us!

Oke. On your mark! Get Set! Go!



Baron, November 2009
Hari (yang katanya) Pahlawan

Selasa, 17 Maret 2009

Ngeblog Lagi



Hehh,,, dah lama nggak ngeblog. Jaringan idup-mati, kompi dan kantor pun ganti-ganti, dan masih ditambah dengan mood menulis masih pulang pergi, lengkaplah sudah, blog ini hanya jadi semacam penambah benwit blogspot aja :p. Tapi, yah, biar udah nulis sebanyak gambreng (berapa itu?) tapi kalo nggak didokumentasikan di blog keknya masih kurang ngresep. Serasa ada yang kurang, gitu. Lagian, banyak juga fans-fans saya (heleh) yang merasakan kejemuan hidup gara-gara dah lama nggak mbaca tulisan saya (narsismode:on), he8x...

September. Itu kurleb udah hampir setengah tahun yang lalu sejak tulisan saya yang terakhir di blog ini. Fiuhh,,, rasa-rasanya waktu ini berjalan semakin cepat dan tak dirasa saja. Dan tak terasa pula, sebentar lagi saya, insya Allah, akan menjadi seorang ayah. Hmmm....

Dan jadilah blog ini seperti ini. Setelah diacak-adut sedemikian rupa dan dipoles sana-sini. Bosen ah item-iteman terus. Pengen yang fresh dan nggak nyepetin (boso opo iki?) mata yang mbaca, jadinya warnanya semakin nggak jelas begini.

'Ala kulli haal, selamat datang (lagi) buat saya sendiri.


Baron, Maret 2009