Sabtu, 23 Agustus 2008

Menulis Adalah Investasi Pikiran: Sebuah Sudut Pandang

Apa pendapat Anda tentang sebuah tulisan? Saya kira akan ada jawaban yang beragam ketika kita menemui pertanyaan semacam ini. Kalau saya sendiri akan menjawab, ”Tulisan adalah sebuah investasi pikiran”. Ya, investasi. Tulisan, menurut saya, bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk dari investasi pikiran. Dan blog adalah salah satu produk dari investasi itu, selain buku tentunya.

Memang, di era yang semakin maju ini, banyak orang telah menjadikan blog sebagai sebuah sarana untuk mengungkapkan, baik cipta, rasa dan karsa seseorang kepada khalayak ramai, selain sebagai media informasi tentunya. Di sisi lain, baik kita yakini maupun tidak, secara sadar kita telah menginvestasikan pikiran kita melalui tulisan-tulisan yang kita buat dalam sebuah blog. Blog, menurut Jonru, adalah sarana yang paling efektif untuk mengekspresikan diri kita melalui sebuah tulisan.

Dari penjelasan singkat ini saya bisa melihat kecenderungan seseorang melalui tulisan-tulisannya dalam sebuah blog. Meski saya paham bahwa pendapat saya ini bisa diperdebatkan. Hanya saja, ketika saya membaca sebuah blog, maka saya, seolah, dihadapkan pada sebuah kondisi yang sebenarnya tengah menjelaskan kepada saya mengenai apa dan siapa si pemilik blog ini.

Ketika saya berkunjung ke blog si A yang isinya kebanyakan adalah lelucon, maka saya bisa menyimpulkan bahwa si A ini adalah orang yang humoris. Ketika saya berkunjung ke blog si B yang penuh dengan renungan-renungan kontemplatif, maka saya bisa menyimpulkan bahwa si B adalah seorang yang arif. Begitu pula ketika saya membaca blognya si C yang kebanyakan ulasannya adalah tentang buku dan buku, maka jangan salahkan saya jika si C akan saya deskripsikan sebagai orang yang gemar membaca. Sama halnya ketika sebuah blog diisi dengan puisi dan segala yang berbau seni, maka saya bisa simpulkan bahwa orang tersebut memiliki jiwa seniman.

Oke, oke. Pendapat saya ini tidak bisa sepenuhnya Anda terima. Karena terkadang saya pernah menemui seorang penulis yang luar biasa tapi dari segi penampakan (penampakan?) tidak timbul kesan dalam diri saya bahwa ia adalah orang yang pernah membuat tulisan tersebut. Dari sini saya jadi ingat dengan sebuah pepatah yang berbunyi, “Don’t judge the book by it’s cover”. Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, karena saya bukan seorang ahlul-Inggris yang baik.

Kembali ke masalah blog.

Jika orang lain menilai blog sebagai sarana untuk berekspresi, maka saya lebih melihatnya sebagai sebuah investasi. Kenapa investasi? Karena dari blog yang kita buat, tulisan yang kita susun, pandangan yang kita berikan dan informasi yang kita bagi, itu sama saja dengan investasi kebaikan yang bisa berguna bagi siapapun yang membacanya. Termasuk dalam istilah saya ini blog-blog yang berisi cerita-cerita lucu dan sebangsanya. Bagaimanapun, saya menilai kelucuan yang ada di dalamnya itu sebagai salah satu bentuk hiburan bagi jiwa saya yang terkadang mengalami kepenatan, bete, dan sebagainya. Dalam hal ini, bergantung dari sudut pandang mana kita menilainya.

Lalu bagaimana dengan tulisan sampah? Saya tidak setuju dengan istilah sampah ini. Semua tulisan, menurut saya, adalah berharga. Saya sendiri sangat menghargai orang-orang yang telah bersusah-payah untuk menulis, apapun yang mereka tulis. Adapun sampah tidaknya sebuah tulisan, menurut saya lagi, adalah terletak pada nilai yang terkandung di dalam tulisan itu. Apakah mendorong pembacanya untuk berbuat kebaikan atau justru sebaliknya. Apakah tulisan itu mengajak pembacanya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat atau justru sebaliknya.

Terakhir. Satu yang pasti, dengan menulis, maka pikiran kita akan terpelihara, demikian ujar Hernowo, pengarang buku Mengikat Makna. Menulis akan mencegah kita dari kepikunan dan kelemahan ingatan. Dan dengan menulis, maka pikiran kita akan terinvestasikan. Sehingga, melalui tulisan yang kita investasikan itu, kita dapat berharap kemanfaatan yang bisa dikais setelah orang lain membacanya. Karena sebuah tulisan bisa bercerita banyak, meski waktu telah lewat bermasa, dan jarak telah tercakup sedemikian panjangnya.

Begitulah. Namanya juga sebuah sudut pandang. Tentunya akan ada banyak sudut yang tidak terekspos jika hanya menggunakan satu sudut ketika memandangnya.



Kambar, Agustus 2008
Tetap belajar menulis.
Reaksi:

2 komentar:

  1. saya setuju bahwa tulisan adalah investasi, karena tulisan kita sekarang bisa bermanfaat di masa depan.

    BalasHapus