Minggu, 27 September 2015

Undangan Shalat Berjamaah di Masjid Komplek

Tempo hari saya membaca artikel tentang profil masjid Jogokariyan. Salah satu hal yang menarik perhatian saya adalah soal undangan shalat ke masjid yang dibuat secara bagus lalu diedarkan kepada warga sekitar. Saya jadi ingin mempraktekkan teknik itu kepada warga BTN Muspratama, komplek tempat saya tinggal saya ini.


Bukan kenapa. Jumlah jamaah shalat fardhu di masjid Ar Rahman sangat minim. Shalat maghrib kadang tidak sampai dua shaf. Shalat isya dan shubuh lebih sepi lagi. Memang, saya mafhum. Kebanyakan warga komplek adalah orang sibuk; ada pegawai negeri, tukang ojek, buruh, pegawai swasta, dan lain-lain. Ditambah jarak komplek dari kota Luwuk lumayan jauh. Sehingga kebanyakan warga yang baru pulang dari kantor akan langsung beristirahat meski suara speaker masjid merobek keheningan langit. Ditambah dengan lokasi masjid yang berada di bawah komplek yang konturnya menanjak, membuat suara speaker jadi tidak dapat menjangkau blok-blok yang letaknya ada di belakang.


Namun, ide membuat surat undangan ini boleh juga untuk dicoba. Selepas shalat Isya tadi saya sebenarnya berniat untuk mengutarakan ide ini kepada ketua takmir, tapi urung karena beliau tidak hadir di masjid. Mungkin setelah shalat Maghrib besok akan saya sampaikan kepada beliau. Konsepnya sederhana saja. Surat undangan berisi kata-kata singkat untuk mengajak warga shalat berjamaah dan memakmurkan masjid. Targetnya minimal memakmurkan waktu-waktu shalat jahr seperti Maghrib dan Isya, syukur-syukur bisa berlanjut ke shalat Subuh.


Uniknya, yang meramaikan masjid kebanyakan justru anak-anak muda, termasuk anak-anak remaja dan anak-anak berumur tanggung. Meski mereka harus selalu digesa, kehadiran mereka dalam jumlah yang cukup banyak perlu dikelola dengan baik agar kedatangan mereka ke masjid bisa berimbas pada kondusivitas komplek. Saya sebenarnya berniat mengadakan pengajian remaja, namun masih terkendala waktu. Alhasil, istri saya yang mengambil alih mengisi pengajian anak-anak meski baru bisa dilaksanakan satu jam saja setiap hari Senin sampai Kamis.


Pengajian bapak-bapak pun setali tiga uang. Acara yasinan yang sedianya dilaksanakan setiap pekan di hari Jumat belakangan ini mandeg seiring makin menyusutnya anggota yasinan. Semoga saja, dengan adanya terobosan membuat surat undangan ini bisa kembali memakmurkan masjid dan menghidupkan agenda-agenda silaturahim warga komplek agar kami bisa lebih saling mengenal.


Semoga saja niat ini bisa terlaksana. [wahidnugroho.com]


Kilongan, September 2015 

Reaksi:

0 celoteh:

Posting Komentar