Minggu, 02 Desember 2007

Investasi Intelektual


Beberapa waktu yang lalu saya membuat daftar buku-buku yang telah saya beli sampai dari bulan Maret (yakni dari waktu keberangkatan saya ke Luwuk) sampai bulan November di tahun 2007 ini. Setelah saya hitung-hitung ternyata jumlahnya mencapai tiga puluh enam buku dengan total harga hampir mencapai angka dua juta rupiah. Jika dibuat rata-rata, itu berarti saya membelanjakan uang minimal Rp. 210.000 dalam sebulan selama kurun waktu Maret sampai Oktober akhir.


Dari jumlah ke tiga puluh enam buku itu, enam di antaranya adalah buku yang sebelumnya sudah pernah saya baca namun saya belum memilikinya, yakni: Ayat-Ayat Cinta, Arsitek Peradaban, Menuju Cahaya, Karena Angin Cinta, Dari Gerakan Ke Negara, dan Pilar-Pilar Kebangkitan Umat. Sedangkan sisanya adalah buku yang benar-benar belum pernah saya baca.


Yang menarik, dari ketigapuluhenam buku itu, ada tujuh belas buku yang bergenre novel. Ini berarti hampir lima puluh persen dari total buku yang saya beli. Hal lainnya yang sedikit berbeda adalah, saya membeli buku berbahasa arab untuk yang pertama kalinya dalam hidup saya. Satu jilid kitab Tafsir Ibnu Katsir yang saya pesan lewat kawan saya di Jakarta. Sedangkan hal menarik lainnya adalah, saya 'berhasil' menemukan satu buku yang sudah saya cari-cari dari tahun 2003 lalu, yakni buku karangan Ustadz Anis Matta berjudul Menikmati Demokrasi.


Berikut adalah daftar buku yang sudah saya beli dalam kurun waktu Maret sampai November 2007 baik yang saya beli ketika saya di Luwuk, Manado, Palu, Makassar maupun Jakarta:

1. The Alchemist --> Paulo Coelho
2. Langit-langit Cinta (Ahlul Hamidia) --> Najib Kailani
3. Meretas Kebebasan (Mawakib Al Ahrar) --> Najib Kailani
4. The Devil's Dance --> Saddam Husein
5. Laila Majnun --> Nizami
6. Blessing In Disguise --> Dr. Khalid Ad Disuqi
7. Sognando Palestina --> Randa Ghazy
8. Karena Angin Cinta (Al Yaumul Maw'uud) --> Najib Kailani
9. Dari Gerakan Ke Negara --> Anis Matta
10. Menuju Cahaya --> Anis Matta
11. Arsitek Peradaban --> Anis Matta
12. Pilar-Pilar Kebangkitan Umat --> Muhammad Abdullah Al Khatib
13. Ayat-Ayat Cinta --> Habibburahman El Shirazy
14. Dzikir-Dzikir Cinta --> Anam Khoirul Anam
15. Problem dan Solusi Kaderisasi --> Abdul Hamid Al Bilali
16. Tarbiyah Askariyah --> Khalid Ahmad Syantut
17. Potret 28 Tokoh Tabiin --> Azhari Ahmad Mahmud
18. Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim --> Salim A. Fillah
19. Taj Mahal --> John Shors
20. Pangeran Pencuri --> Cornelia Funke
21. Night At Turkistan (Layali Turkistan) --> Najib Kailani
22. Mempelai Sang Dajjal (Ar Rihlah Illallah) -->Najib Kailani
23. Di Danau Tak Berbatas --> Tim O'Brien
24. Tafsir Ibnu Katsir edisi Bahasa Arab 4 Jilid --> Ibnu Katsir
25. Maling Sebuah Republik --> Sunaryono K.S. Basuki
26. Saudagar Buku Dari Kabul --> Asne Seierstad
27. Why Men Don't Listen And Women Can't Read Maps à Allan and Barbara Pease
28. Maharani --> Pearl S. Buck
29. Dari Kader Untuk Bangsa --> DPP PKS
30. 11 Amanah Lelaki Menjemput Keping Hikmah --> Bayu Gawtama
31. 3 buku Tarikh Al Ikhwan Al Muslimun jilid 1-3 --> Jum'ah Amin Abd. Aziz
32. Menikmati Demokrasi --> Anis Matta


Sebenarnya saya masih merasa belum cukup atas apa yang sudah saya lakukan ini. Karena saya masih punya rencana untuk membeli buku-buku yang masuk ke dalam daftar "Buku Wajib Punya" saya. Setidaknya ada sekitar lima puluhan buku lagi yang masih ingin saya buru dengan anggaran mencapai jumlah enam juta rupiah. Kapan tercapainya? Wallahu 'alam. Karena saya masih ingin menikmati buku-buku yang saya beli itu hingga habis dulu.


Saya termasuk tipe orang yang suka membeli buku dengan cara mencicil satu demi satu. Karena saya merasa kalau saya membeli buku dalam skala massif (alias sekali banyak), biasanya buku-buku itu tidak akan terselesaikan semua dan tak jarang 'nasibnya' berubah dari barang bacaan menjadi barang pajangan. Saya tidak mau seperti itu.


Akan tetapi lain halnya jika ada even seperti book fair dan sejenisnya, maka biasanya saya akan memborong buku seperti orang kesetanan. Namun saya lebih menjadikan ajang book fair atau expo seperti itu untuk mencari buku-buku lawas dan jarang ada di toko. Atau sekedar mencari buku-buku dari penerbit yang tidak terlalu 'terkenal' dan sulit dicari. Itu saja.


Saya menganggap urusan belanja buku ini sebagai sarana investasi intelektual. Bahkan saya lebih senang jika harus membelanjakan uang saya untuk membeli buku ketimbang untuk belanja baju atau barang-barang keperluan lainnya. Entah kenapa, kantong ini serasa lebih 'lapang' jika harus disalurkan untuk membeli buku ketimbang membeli hal-hal selainnya. Ini bukan berarti hal-hal lain tidak penting bagi saya. Tapi memang itulah yang saya rasakan selama ini.


Harapan saya sederhana saja. Saya ingin memiliki sebuah perpustakaan keluarga yang bisa menjadi sarana rekreasi intelektual di rumah saya kelak. Perpustakaan inilah yang ingin saya jadikan sebagai salah satu sumber bahan baku bagi madrasah keluarga sekaligus tabungan ilmu bagi keturunan saya suatu hari nanti. Dan menurut saya, demi masa depan, tak ada yang dikatakan sia-sia untuk merajutnya menjadi sesuatu yang bernilai kebaikan dan berorientasi pada perbaikan. Semoga saja.





Datu Adam, November 2007

Thanx banget buat Bang Yaser yang sudah menyumbangkan buku Agatha Christie dan Stephen R. Covey-nya kepada saya
Reaksi:

5 komentar:

  1. Bung, jangan hanya membaca buku-buku dari satu sumber saja. Bacalah buku-buku karangan penulis lain. Yakinlah Anda akan jauh lebih kaya. Bacalah buku Nurcholish Madjid "Islam: Doktrin dan Peradaban". Saya yakin Anda akan lebih arif. Salam. AKhukum fillah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga suka baca buku "lain", tapi standar kearifan saya kira gak diukur dari kegemaran membaca buku "lain" itu mas hehe... salam kenal

      Hapus
  2. kesetanan paling banyak habis berapa? :D

    BalasHapus