Selasa, 14 Mei 2013

Sesekali, Berdua Saja...



Mungkin kita perlu juga, sesekali, berdua saja, di tengah hujan yang berderai mengurapi bumi berjelaga ini, tanpa perlu berpayung dan tanpa mengalaskan kaki dengan sandal aneka warni dan warna, berjalan dengan tenang, tanpa terburu waktu, tanpa khawatir terserang demam dan flu, atau khawatir kulit kita berkerut seperti kulit jeruk. Kedua tangan kita saling menggamit, erat. Mata kita saling menatap, senyum kita bersua, nyaris tanpa jarak. Tak perlu, tak perlu ada dialog di antara kita yang hanya akan meriuhkan udara. Kali ini kita hanya berdiam diri, menahan luapan kata-kata yang menghujani relung hati. Kita hanya butuh mendengarkan suara bulir hujan yang berdenting membentuk simfoni jiwa, gemuruh yang membadai di ujung angkasa, dan cahya kilat yang memercik di batas cakrawala. Atau ketika pucuk-pucuk pohon mangga, asem, alpukat, rambutan, dan belimbing wuluh yang gemerlap dengan butiran air bening dari langit yang tersapu sinar lemah cahya matari yang mengintip dari balik awan tebal berwarna kelabu, dan ketika awan tebal berwarna kelabu yang menggantung itu perlahan hilang satu demi satu, mengundang burung-burung berwarna putih cerah kembali berani terbang tinggi, dan suara kepakan sayap elang berbulu cokelat yang terbang rendang di atas bukit yang berderet rapi.

Mungkin kita perlu juga, sesekali, berdua saja, di tengah hujan yang berderai mengurapi bumi berjelaga ini, tanpa perlu berpayung dan kaki beralaskan sendal karet aneka warna, berjalan dengan tenang, tanpa terburu waktu, tanpa khawatir terserang demam dan flu, atau khawatir kulit kita berkerut seperti kulit jeruk. Kedua tangan kita saling menggamit, erat dan liat. [wahidnugroho.com]

Kilongan, Mei 2013 

Reaksi:

2 komentar: