Jumat, 10 Mei 2013

Kolektor Jersey: Sebuah Catatan Dari Pinggir Lemari



Selama kurang lebih empat tahun saya bergelut di dunia peracun-kaen-an (baca: jersey), selama kurun waktu itulah saya berinteraksi dengan banyak orang. Di antaranya adalah: pembeli yang pembelajar karena tanpa dijelaskan panjang kali lebar kali tinggi dia udah ngerti sama aturan mainnya, pembeli yang tukang nanya tapi males mbaca rule yang udah panjang kali lebar kali tinggi ditulis lengkap dengan FAQ dan tetek bengek lainnya, pembeli dengan dana tak terbatas dengan keinginan terbatas, pembeli dengan dana terbatas tapi punya keinginan yang tak terbatas, pembeli yang cerewet, pembeli yang gak-terlalu-care-soal-itungan-yang-penting-gue-dapet-barangnya, pembeli yang ribet soal itung-itungan, pembeli yang nggak ngerti apa-apa soal racun jersey, pembeli yang rada sok tau, pembeli yang bid and run, pembeli yang sering nitip racun tapi lebih sering kalahnya daripada menangnya, pembeli yang suka maen belakang (yunomisowel lah), pembeli yang sering PM buat ngingetin “om, barangnya udah dibid kan? Belom outbid kan? Kalo outbid kabarin ane yak” padahal dia ngirim pesan itu pas saya lagi tidur pules, pembeli yang pesannya sering terlewat saya baca, pembeli yang suka ngasih deposit duit padahal incerannya belom ada, pembeli yang kelewat percaya sama saya, pembeli yang kelewat nggak percaya sama saya, pembeli yang kapok belanja lewat saya, pembeli yang mungkin punya masalah pribadi dengan saya, pembeli yang suka nimbun barang supaya bisa hemat ongkir, pembeli yang selalu nanya soal kurs, pembeli yang gak pernah absen nanya ongkir satuan maupun borongan, pembeli yang sering minta penjelasan soal fee, pembeli yang lebih hafal soal kalkulasi ketimbang saya yang jadi perantaranya, pembeli yang selalu nanya "Om Gus kapan buka kloteran anu ini dan itu?", dan masih banyak lagi variasi pembeli lainnya.

Sosok-sosok pembeli di atas bisa jadi mewakili orang per orang, bisa jadi dalam satu orang punya karakteristik yang lebih dari satu, bisa jadi dalam satu orang punya semua karakter di atas. Wajar aja, namanya juga manusia. Saya, sebisa mungkin, akan selalu berusaha untuk memberikan penjelasan sebaik-baiknya, pelayanan sebaik-baiknya, perhitungan seakurat-akuratnya, dan pengadvokasian sekuat tenaga bilamana ada masalah di kemudian hari.

Kadang saya memberikan saran, kadang saya yang diberikan saran. Kadang saya mengkritik, kadang saya yang dikritik. Kadang saya yang diajari, kadang saya yang mengajari. Kadang saya yang diberikan penjelasan, kadang saya yang menjelaskan, dan seterusnya. Santai aja, no hurt feeling. Saya orangnya open minded aja. “Om Gus salah itung nih”, oke saya akan mengkoreksi. “Om Gus kok gak pernah bales PM saya?”, mungkin tertimbun di bawah berhubung ada banyak PM yang saya harus balas per hari. “Om Gus cek PM”, oke segera. “Om Gus, buruan bid orderan saya”, sebentar, koneksi di sini lagi cenat-cenut, mau pasang internet di rumah alatnya lagi abis dari sononya soale, dan seterusnya.

Dalam dunia racun kaen ini, saya jadi kenal dengan banyak orang dan lebih banyak dari mereka yang belum pernah saya temui secara langsung tapi sudah berbaik hati untuk mempercayakan uangnya kepada saya. Oleh karenanya saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Memang ada satu dua yang tidak bisa tertolong karena dananya tak bisa dikembalikan, atau barangnya hilang entah kemana (termasuk saya sendiri), tapi saya sebisa mungkin tetap menjaga hubungan baik dengannya. Saya siap menanggung kesalahan yang tidak saya perbuat.

Pernah suatu hari ada pembeli yang marah-marah karena barangnya hilang oleh pihak pos. Saya pun berusaha untuk mengusutnya ke pihak pos, dan jawaban yang diterima pembeli itu mungkin kurang menyenangkannya. Mengatakan bahwa saya tidak jujur, adik saya yang jadi seksi kirim-kirim tidak becus, dan ungkapan menyakitkan lainnya. Pembeli itu juga mengancam ingin menyebarkan reputasi buruk saya ke publik. Saya menyilakannya, meski saya menegur dia supaya mulutnya bisa dijaga perihal mengkritisi kinerja adik saya. Saya lebih mendahulukan hubungan silaturahim ketimbang materi. Uang bisa dicari, tapi hubungan baik (meski kita tidak diperlakukan secara baik) tetap harus dijaga. Maka saya memutuskan untuk merefund semua uangnya, meski kesalahan soal hilangnya paket itu murni bukan kesalahan saya. Kejadian itu sudah berlalu begitu lama, dan saya nyaris melupakannya andai saya tidak menulis seperti ini sekarang.

Saya juga pernah bertemu dengan beberapa pembeli dan pelanggan saya. Ngobrol banyak, mborong banyak, dan diskon yang sama banyaknya pun saya berikan. Di antara sekian banyak pembeli yang pernah berinteraksi dengan saya, tak sedikit yang juga membicarakan masalah-masalah pribadi mereka, curhat gitu. Kalau begitu saya pun mencoba untuk menjadi penyimak yang baik. Bila mereka meminta pendapat atau solusi, saya juga mencoba untuk memberikan pandangan saya yang bisa jadi tidak solutif.

Ala kulli haal, bergelut dalam dunia ini telah membentuk garis-garis ‘keluarga’ baru bagi saya. Keluarga kasat mata yang terkadang saling mengkritisi, saling memberikan pendapat, dan tak jarang saling ngenyek dan gojek satu sama lain.

Terima kasih atas kepercayaan Anda semuanya. Mohon maaf bila ada pesan yang tak terbaca, inceran yang tak tereksekusi, PM yang terlambat dibalas, kalkulasi yang perlu dikoreksi, manner yang perlu diperbaiki, pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa diberikan solusi, refund yang tertunda, hutang yang belum terbayar, dan masih banyak lagi kekurangan-kekurangan saya yang tentu Anda lebih fasih menyebutkannya.  Ada banyak hal lain yang mungkin alfa saya sebutkan dalam tulisan ini, silakan ingatkan saya bila kealfaan itu ternyata merugikan Anda baik secara material maupun immaterial.

Terakhir, keep calm and don’t buy short sleeve (unless murtje). [wahidnugroho.com]



Kilongan, Mei 2013 

Reaksi:

0 celoteh:

Posting Komentar