Kamis, 18 April 2013

Bila Aku Tak Ditakdirkan Denganmu


Bila aku tak ditakdirkan denganmu, mungkin aku akan bersamanya. Bersama dengan dia. Bersama dengan entah siapa. Entah pula dimana dan kapan terjadinya.

Bila aku tak ditakdirkan denganmu, jalan hidupku mungkin tidak begini. Bisa jadi begitu. Bisa jadi agak begini dan agak begitu. Entah seperti apa begitu dan begininya.

Bila aku tak ditakdirkan denganmu, maka kau pasti akan bersama yang lain. Kita tak saling bertegur sapa sebagaimana yang kita lakukan seperti biasanya. Tangan kita tak saling menggamit, kulit kita tak saling bersentuhan sebagaimana biasanya. Sapaku mungkin untuk dia. Sapamu bisa jadi untuknya. Entah siapa dia dan siapa dirinya.

Bila aku tak ditakdirnya denganmu, maka dialog kita bisa jadi takkan ada. Jikapun ada, maka itu bukan dialog sebagaimana yang kita lakukan seperti biasanya. Mata kita tak saling memandang, hati kita tak saling berkelindan.

Bila aku tak ditakdirkan denganmu, maka tak ada anak-anak kita seperti yang sekarang. Mungkin aku sudah punya keturunan, mungkin belum. Mungkin kau sudah punya keturunan, mungkin juga belum. Bila masing-masing kita sudah dikaruniai anak, mungkin mereka sedang bercengkerama di sekolahnya, andai mereka bersekolah di tempat yang sama, atau bisa jadi mereka takkan pernah bertemu sama sekali.

Bila aku tak ditakdirkan denganmu, dan kau ditakdirkan dengannya, mungkin pendamping hidupku sedang berbincang denganmu tentang menu masakan terbaru. Mungkin aku dan pendampingmu sedang berbincang tentang isu politik terhangat. Mungkin aku tak pernah bertemu pendampingmu, sebagaimana dirimu tak pernah berbincang dengan pendamping hidupku.

Tapi takdir mungkin punya cerita lain, hingga benang merahnya kemudian mempertemukan dan menyatukan kita berdua dalam satu ikatan. Cinta. [wahidnugroho.com]


Kilongan, April 2013
Reaksi:

0 celoteh:

Posting Komentar