Senin, 25 Maret 2013

Anis Matta Yang Misterius


Kenapa harus menggunakan Khalifah Ottoman (Utsmaniyah) sebagai mukadimah tulisan saya tentang Anis Matta? Saya tidak tahu. Ide itu mengalir begitu saja tanpa bisa dihentikan. Antara Anis Matta dan Ottoman memang tidak berhubungan. Tapi antara keduanya memiliki sebuah kemiripan: misterius.

Sebelum abad ke 20, informasi tentang Kekhalifahan Ottoman yang nyaris berusia tujuh ratus tahun dan penuh dengan kejayaan itu masih sangat terbatas, baik yang berbahasa Arab, apalagi yang berbahasa Latin. Para pakar sejarah pun kesulitan untuk menggali informasi mendetail yang dapat digunakan sebagai argumentasi dalam penelitian mereka. Namun ketika Kekhalifahan Ottoman runtuh pada tahun 1923 dan digantikan oleh Republik Turki, arus penelitian mengenai jati diri Ottoman yang sesungguhnya pun terbuka lebar.

Pun begitu dengan Anis Matta. Sebelum beliau diangkat menjadi Presiden PKS yang baru, kiprahnya nyaris sepi pemberitaan. Hanya golongan ‘terbatas’ saja yang mengetahui sosok yang nyaris untouchable di jabatan Sekjen PKS ini. Bagaimana tidak? Sejak berdirinya PK – yang di kemudian hari bertransformasi menjadi PKS –, Anis Matta selalu bergeming pada posisinya sebagai Sekjen sampai akhirnya terpilih sebagai Presiden PKS lewat musyawarah Majelis Syuro.

Oleh karenanya, paska pengangkatan dirinya sebagai Presiden PKS, Anis Matta seolah mendapatkan ‘panggung’ untuk lebih menegaskan eksistensinya dalam panggung politik tanah air yang – menurut saya – diisi oleh orang yang itu-itu saja. Apalagi ketika banyak media mainstream yang kerap mengulang-ulang orasi politik perdananya yang menggebu-gebu itu, maka secara tidak langsung pemberitaan itu pun menjadi semacam promosi gratis akan sosoknya yang selama ini misterius.

Dan benar saja. Sejak saat itu, namanya mulai bergaung di jagat perpolitikan tanah air. Orang mulai mencari tahu akan sosok seorang Anis Matta yang sebelumnya nyaris tak terdengar ini. Hal ini menjadi sebuah kesulitan tersendiri bagi para pengamat dan juga masyarakat untuk menilai sosok Anis Matta secara utuh. Informasi yang berseliweran di media tentang Anis Matta kala itu tidak terlalu banyak, kalaupun ada hanya berupa opini sepihak yang kedalaman faktanya masih perlu digali dan diuji lagi.

Maka ketidaktahuan itu pun menemui momentumnya saat Anis Matta tampil dalam acara Gestur yang ditayangkan oleh TV One beberapa waktu yang lalu. Hal itu terlihat tatkala pancingan-pancingan komentar yang dilontarkan oleh para pengamat dan presenter di acara tersebut, yang seyogyanya memprovokasi Anis, masih belum mampu menguak apa sebenarnya yang ada di dalam isi kepala seorang Anis Matta.

Itulah sebabnya saya bisa mengatakan bahwa Anis Matta memiliki kepribadian yang berlapis, dalam perspektif positif, tentu saja. Lapisan kepribadian adalah kedalaman – dan kedangkalan – kepribadian yang muncul dari akumulasi berinteraksi kita dengan seseorang. Maka, kerap tampilnya Anis Matta di depan publik akhir-akhir ini, perlahan tapi pasti, mengupas kepribadiannya yang unik itu satu demi satu, hingga akhirnya kita bisa menilai seorang Anis Matta secara utuh dari berbagai sudut.

Dari mozaik itulah kemudian diketahui sejarah hidupnya, siapakah sebenarnya orang ini, bagaimana masa lalunya, koleksi-koleksi bukunya, pola berpikirnya, kecenderungan-kecenderungannya, hal-hal yang menjadi obsesinya, serta hal-hal yang disukai dan tidak disukainya. Orang-orang pun mulai mengumpulkan tulisan-tulisannya, membeli buku-bukunya, mengoleksi ceramah dan orasi-orasinya, serta memerhatikan gerak-geriknya setiap saat. Bahkan banyak di antara mereka yang seolah menunggu, gerangan apa lagi ‘kejutan’ yang akan dihadirkan dalam setiap pertemuan dengannya. Letupan apa lagi yang akan dia berikan dalam setiap statemen-statemennya yang kerap menginspirasi banyak orang.

Maka, penantian dan ekspektasi ini perlu dipelihara dan dijaga frekuensinya, agar mampu melahirkan sebuah harmonisasi jiwa yang selaras dan produktif antara Anis Matta dan para pengagumnya. Caranya bagaimana? Entahlah. Saya belum tahu. [wahidnugroho.com]


Kilongan, Maret 2013 

Reaksi:

0 celoteh:

Posting Komentar