Sabtu, 02 Agustus 2014

Salam Dari Mr. Brenan

It is by sitting down to write every morning that one becomes a writer. Those who do not do this remain amateurs. Demikian ujar Edward Fitzgerald Brenan atau biasa disapa Gerald Brenan. Beliau adalah seorang penulis dan sejarawan Inggris kelahiran Malta yang terkenal dengan buku-bukunya yang berjudul The Spanish Labyrinth dan South from Granada: Seven Years in an Andalusian Village. Beliau meninggal setelah menjalani usia yang cukup panjang, 92 tahun, di Alhaurin el Grande, Spanyol, dan meninggalkan banyak buku bergenre sastra dan sejarah.

Secara pribadi, jujur saja, saya belum pernah membaca buku-buku Mr. Brenan. Adalah rangkaian kalimat “provokatif” yang saya temukan di buku berjudul Para Penggila Buku-lah yang mengundang rasa ingin tahu saya tentang sosok Gerald Brenan ini secara lebih jauh. Rangkaian kalimat itu sudah saya cantumkan pada bagian awal tulisan ini yang artinya kurang lebih “Hanya dengan menulis setiap pagilah seseorang bisa menjadi penulis, mereka yang tidak melakukan itu akan tetap menjadi amatir”.

Kalimat yang cukup makjleb itu berhasil menohok saya dengan sedemikian rupa sehingga saya jadi kehilangan kata-kata karenanya. Saya tak bisa mengelak bahwa kata-kata yang tajam itu telah melukai perasaan saya. Tapi luka ini bukan luka yang berakibat buruk. Justru tajamnya kata-kata itu membuat semangat saya kembali bergolak dan karenanya saya merasa tertantang untuk membuktikan kepada diri saya sendiri dan kepada orang lain bahwa saya tidak mau selamanya menjadi seorang amatir.

Padahal kalau diingat-ingat, dulu nyaris setiap pagi saya meluangkan waktu untuk menulis. Ditemani oleh laptop pinjaman yang kerap mati dan tiba-tiba berlayar biru, saya menulis apapun yang ingin saya tulis. Tulisan-tulisan itu sebagiannya saya dokumentasikan di blog mulai dari friendster, multiply, dan blog ini, termasuk sebagiannya saya tulis di Ciblog dan Kublog. Keduanya adalah blog di jaringan intranet DJP. Saya juga kerap menyalin tulisan-tulisan cupu itu ke Forum DSH dan generasi penerusnya Forum Shalahuddin.

Tak ada motivasi lain saat saya menulis ketika itu kecuali bahwa saya memang suka menulis. Itu saja. Waktu itu saya tidak berpikir hendak menjadi penulis terkenal atau pengarang buku yang tebal-tebal meski keinginan untuk itu sempat terbersit. Kini, saat jumlah bacaan sudah semakin banyak, termasuk bertambahnya pengalaman hidup dan karenanya membuat cara saya memandang hidup semakin beragam, membuat motivasi menulis saya perlu sedikit disesuaikan. Saya merasa bahwa ada semacam misi yang ingin saya usung dari tulisan-tulisan yang saya buat. Misi apa? Saya belum mendapatkan jawaban jelasnya. Namun dengan semakin bertambahnya usia dan tanggungjawab, saya merasa bahwa jawaban dari pertanyaan itu perlahan akan segera terkuak. Tak lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada Mr. Brenan atas kata-katanya yang tajam. Saya akan ingat baik-baik perkataan Anda!

Dan pagi ini, ditingkahi suara kokok ayam jantan dari kandang milik tetangga belakang rumah, saya menatap layar laptop dan menebar jejaring inspirasi untuk mulai menulis. Menulis apa saja yang mampir di dalam kepala. [wahidnugroho.com]


Kilongan, Agustus 2014 
Reaksi:

0 celoteh:

Posting Komentar