Senin, 04 Juli 2011

Motivasi Dosis Tinggi

Prolog

Sepekan belakangan ini, istri saya lagi rajin-rajinnya baca buku. Sebuah buku berjudul Aku Dan Al Ikhwan Al Muslimun karangan Dr. Yusuf Qardhawy yang cukup tebal itu berhasil dilahapnya dalam jangka waktu kurang dari lima hari. Saya kagum dengan effortnya yang luar biasa itu.

Terkadang, saya mendapatinya tengah khusyuk membaca walau anak-anak sedang sibuk menghambur-hamburkan mainan mereka di atas lantai, atau kala sang adik tiba-tiba berteriak karena berkelahi dengan sang kakak. Kalau sudah begitu, istri saya segera meletakkan bukunya, mengantar anak-anak untuk ke kamar mandi atau sekedar melerai perkelahian mereka. Tak seberapa lama, dirinya sudah asyik-masyuk lagi dengan buku yang sudah dibacanya.

Saya sendiri, selama istri menyelesaikan bacaannya, lumayan dicuekin. Tapi nggak masalah. Toh saya juga lumayan sering nyuekin istri kalo saya lagi asyik-asyiknya mbaca buku hehe.. Tapi intinya, saya senang dengan antusiasmenya untuk membaca, atau lebih tepatnya antusiasmenya untuk membaca buku sampai tamat. Memang, dibutuhkan niat yang sangat kuat untuk dapat menamatkan sebuah buku.

Tak jarang kesibukan dan kebosanan kerap melanda bagi kita yang sudah berniat untuk membaca buku sampai tuntas. Apalagi bagi kami yang sudah berlabel sebagai orangtua dengan dua anak bayi yang enerjik dan tak kenal lelah itu, misalnya. Atau bagi sebagian orangtua lainnya yang mungkin jumlah anaknya jauh lebih banyak dengan energi yang jauh lebih besar pula. Atau bagi beberapa orangtua yang tingkat kesibukannya begitu luar biasa sehingga waktu luang menjadi barang yang langka baginya. Tentunya dibutuhkan motivasi dosis tinggi untuk menamatkan sebuah buku bagi para orangtua seperti itu.

Bagi saya pribadi, ada tiga motivasi dasar yang mendorong saya, dan coba saya tularkan kepada istri dan keluarga saya, untuk membaca.

Pertama: Semangat Ibadah
Perkara niat ini memang sesuatu yang klise. Tapi klise bukan berarti harus diabaikan begitu saja. Iqra’ (baca!) adalah perintah pertama bagi umat muslim yang tercantum di dalam Al Qur’an. Selain itu, ada banyak sekali ayat-ayat di dalam Al Qur’an yang memerintahkan kita untuk “mengetahui”, dan gerbang pertama menuju brankas pengetahuan adalah membaca.

Kedua: Kebutuhan akan informasi
Kenapa kita bekerja dengan sangat keras setiap hari? Alasan mendasarnya sangat sederhana. Karena kita butuh dengan uang, sebagai hasil dari pekerjaan itu, misalnya, selain motivasi lainnya. Begitu juga dengan membaca. Buku adalah jendela dunia. Begitu katanya. Bagi para Murabbi, misalnya, membaca adalah basic-needs yang harus dipenuhi tanpa kompromi. Sedangkan kebutuhan lainnya dari membaca adalah sebagai sarana hiburan dan rekreasi jiwa.

Bila pemenuhan akan kebutuhan ini begitu kuat, maka menamatkan sebuah buku, yang dapat memenuhi kebutuhan itu, bukan sebuah kesulitan.

Ketiga: Semangat keteladanan
Bagi saya pribadi, poin ketiga ini adalah sebab yang paling memberikan saya motivasi dosis tinggi untuk membaca buku. Alasannya jelas, sebagaimana yang pernah saya tulis sebelumnya, cara termudah untuk menciptakan anak-anak yang suka membaca bermula dari keteladanan orangtuanya. Tak perlu banyak teori, tak perlu banyak argumentasi, membacalah di hadapan anak-anak kita akan memberikan efek yang begitu kuat bagi mereka untuk ikut membaca sebagaimana yang orangtuanya lakukan.

Ini adalah impian pertama saya untuk anak-anak saya kelak. Nggak muluk-muluk. Saya hanya ingin anak-anak saya menjadi generasi pembelajar yang memiliki kerakusan akut terhadap buku. Buku-buku yang baik dan bergizi, tentu saja.

Epilog

“So many books, so little time”, begitu kata Frank Zappa. Apa kata komposer ternama sekaligus maniak buku itu saya kira benar adanya. Dan semuanya berpulang kepada terbatasnya waktu yang ada. Dengan semakin bercabangnya tugas dan bertumpuknya kewajiban yang harus diselesaikan, kita memang harus berakrobat sedemikian rupa untuk merealisasikan semangat baca yang menyala itu. Ini memang bukan perkara mudah dan hanya kepadaNya-lah saya memohon pertolongan.

Semoga Allah ringankan ikhtiar ini.

[wahidnugroho.blogspot.com]


Simpong, Juli 2011
Reaksi:

0 celoteh:

Posting Komentar