Selasa, 05 Juli 2011

Menjaga Nyala Stamina Baca

 Lagi-lagi ada kabar gembira yang datang dari istri saya. “Aku sudah selesai baca buku yang ke dua, say”, ujarnya semalam. Dan setelah itu, dirinya kembali asyik memilah dan memilih buku apa lagi yang akan dibacanya sebagai buku ketiganya. Setelah sedikit berdiskusi dengan saya, jatuhlah pilihannya kepada buku kecil berjudul Perang Khandaq karangan Drg. Syukri Wahid.

“Membaca itu ternyata kalo udah enak jadinya malah asyik ya”, akunya. Saya mengiyakan. Membiasakan diri untuk melakukan hal yang baru memang butuh adaptasi. Namun kalau chemistry-nya udah dapet, maka melakukannya tak lagi sulit. Termasuk dalam urusan membaca.

Nyaris semua orang suka membaca. Baik itu membaca buku, majalah, SMS, koran, iklan, pamflet, slip gaji, atau apapun. Tapi, tidak semua orang memiliki stamina kebetahan membaca yang cukup kuat, itu menurut saya. Lucunya, saya malah pernah menjumpai kasus orang-orang yang menjadikan aktivitas membaca sebagai salah satu terapi susah tidur. Ssst.. tapi jujur aja ya, saya juga termasuk orang yang pernah menjalani “terapi” ini lho, hehehe...

Para ulama terdahulu merupakan generasi pembaca buku yang memiliki kerakusan baca stadium akut dan stamina baca tingkat tinggi. Kita mungkin ingat tentang koleksi buku-buku yang sangat berlimpah di perpustakaan Baghdad, Granada, dan di bumi Islam lainnya. Malahan, saya pernah membaca kisah seorang ulama yang saat tidurnya pun dikelilingi oleh bertumpuk-tumpuk buku.

Lalu, bagaimana cara melatih kekuatan stamina baca kita? Ternyata, semangat yang membara saja tidak cukup. Ada cara lain yang sifatnya teknikal yang bisa kita gunakan untuk menjaga nyala stamina baca kita sehingga aktivitas baca yang awalnya membosankan menjadi kegiatan yang mengasyikkan.

Pertama:  Kombinasi
Maksudnya begini. Ketika kita sudah selesai membaca buku yang cukup tebal, maka kombinasikan dengan buku berukuran sedang atau tipis. Ini berguna untuk menjaga agar kita tidak mudah bosan saat membaca buku-buku berukuran tebal.

Kedua: Libatkan Sastra
Ini pengalaman saya pribadi. Ketika diri ini penat membaca buku-buku bertema berat, apalagi bila buku itu berukuran cukup tebal, pilihan selanjutnya biasa jatuh kepada buku-buku fiksi. Fiksi apapun. Bagi saya, fiksi baik novel maupun cerpen, atau juga puisi, berfungsi untuk mengendurkan syaraf-syaraf yang tegang saat kita membaca buku-buku yang berat.

Ketiga: Buat jeda
Jeda, kata Ibnul Qayyim, adalah bagian dari perjalanan juga. Jadi, ketika aktivitas membaca kita sudah sedemikian jauh dan larut, maka ambillah jeda barang sejenak untuk beristirahat. Mengisi masa jeda ini bagi setiap orang mungkin tidak sama. So, buatlah momen jeda itu menjadi setenang dan senikmat mungkin. Jeda itu bisa berupa jalan-jalan ke tempat yang menyenangkan. Mungkin bisa berjalan-jalan di taman, pantai, bukit belakang rumah, atau sekedar duduk-duduk di serambi masjid. Atau bisa juga dengan mencoba resep masakan baru, bercengkerama dengan anak dan pasangan kita, atau dalam bentuk lain.

Keempat: Qui Scribit Bis Legit
Orang yang menulis, maka dia membaca dua kali. Begitu makna kalimat latin di atas. Imam Syafi’i mengatakan bahwa cara terbaik untuk mengikat bacaan kita adalah dengan cara menuliskannya kembali. Hernowo mengistilahkannya dengan “Mengikat Makna”. Jadi, kalau kita mau stamina baca kita cukup kuat, bahkan sangat kuat, untuk mengambil tantangan baca selanjutnya, maka tuliskan kembali apa-apa yang telah kita baca barusan.

Tulisan ini tidak perlu dalam bentuk resensi yang njelimet. Mungkin dengan membuat review singkat dari buku yang kita baca, “Hari ini saya menamatkan buku ini, yang dikarang oleh fulan dan bertemakan tentang ini dan itu, dan seterusnya dan sebagainya”. Jangan lupa, tuliskan pula kesan-kesan yang kita dapat dari buku yang kita baca itu. Ini penting karena keterikatan kita dengan buku yang kita baca membuat kadar informasi yang kita dapat tetap terjaga keberadaannya.

Cara keempat ini, menurut saya – berdasarkan pengalaman para sastrawan dunia – merupakan cara terbaik untuk menjaga nyala stamina baca kita.

Terakhir: Lakukan sekarang juga
Niat yang baik tak perlu untuk ditunda-tunda bukan. Maka mulai saat ini, pergilah ke lemari buku Anda, pilah dan pilih buku apa yang Anda suka, dan bacalah buku itu saat ini juga. Atau kalau Anda saat ini sedang sibuk, bawalah buku itu ke kantor atau ke tempat aktivitas Anda, dan lahaplah ketika Anda sudah tiba di sana. Tapi jangan sampai mengganggu pekerjaan Anda ya, hehe..

Tulisan ini saya buat bukan karena saya adalah orang yang paling banyak membaca buku ketimbang Anda yang membaca tulisan ini. Saya hanyalah orang yang suka membaca dan ingin Anda pun juga menyukainya.

Silahkan.

[wahidnugroho.blogspot.com]



Simpong, Juli 2011
Reaksi:

0 celoteh:

Posting Komentar