Jumat, 15 Juli 2011

Furs e Ordinacions

Furs e Ordinacions Fetes par Los Gloriosos Reys de Aragon als Regnicols del Regne de Valencia atau Maklumat dan Peraturan untuk Valencia merupakan buku yang telah lama diincar oleh Don Vincente.  Buku yang dicetak pada tahun 1482 oleh Lamberto Palmart, percetakan pertama di Spanyol ini awalnya dimiliki oleh seseorang yang tak dikenal. Don Vincente sendiri adalah biarawan Spanyol abad sembilan belas yang mahsyur sebagai seorang pencuri buku. Setelah lama menghilang, ia kemudian membuka toko buku antik yang memiliki jumlah koleksi luar biasa besar di Barcelona. Konon, ia justru dikenal lebih banyak membeli buku ketimbang menjualnya. Furs e Ordinacions ini merupakan volume yang sudah lama diincarnya.

Pada tahun 1836, pemilik buku ini meninggal dunia dan ahli warisnya kemudian melelang buku tersebut. Sebagai buku yang diduga merupakan satu-satunya edisi yang masih tersisa, Don Vincente sangat terobsesi untuk memilikinya. Oleh karenanya, Don Vincente telah menyiapkan uang dalam jumlah yang sangat banyak agar bisa mendapatkan buku idamannya yang berusia tiga setengah abad itu.

Untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak, justru Augustino Patxot, pemilik toko buku yang letaknya berdekatan dengan tokonya Don Vincente-lah yang berhasil mendapatkannya. Kegagalan itu menghancurkan hati Don Vincente. Sepanjang perjalanannya ke rumah usai pelelangan, ia tak henti-hentinya menggumamkan kemarahan. Laiknya orang yang hilang akal, ia  memaki dan mengancam semua yang ada di dekatnya. Ia bahkan tidak mengambil reales de consolacion, semacam uang tips yang diberikan oleh penawar tertinggi kepada penawar tertinggi kedua menurut tradisi lelang di Spanyol, yang jumlahnya lumayan banyak.

Beberapa hari kemudian, terjadi kehebohan di lingkungan tempat tinggal Don Vincente. Sebuah kebakaran hebat melahap toko Augustino Patxot dan membakar sang pemiliknya hingga hangus. Di antara reruntuhan bangunan dan mayat sang pemilik, ditemukan juga mayat sembilan orang sarjana yang juga terbakar sampai hangus. Menariknya, di tubuh ke-sembilan mayat tersebut ditemukan luka tikaman benda tajam. Pihak berwenang yang menangani kasus ini mencium bau busuk dari tetangga sang korban, Don Vincente.

Kegemparan yang terjadi di arena lelang tempo hari yang lalu menjadi alasan kecurigaan pihak berwenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap kediaman Don Vincente. Dan benar saja. Setelah rumahnya digeledah, pihak yang berwenang menemukan banyak sekali buku yang disembunyikan Don Vincente di bagian tertentu rumahnya, termasuk buku Furs e Ordinacions yang menjadi asal-muasal kegemparan tersebut.

Don Vincente kemudian diadili. Awalnya ia menolak untuk mengakui perbuatannya. Namun setelah ia yakin bahwa hakim akan memelihara perpustakaannya ketika ia ditahan, dia pun mengakui perbuatannya yang telah mencekik Augustino Patxot sampai tewas dan menikam kesembilan sarjana lain yang sedang ada di situ dan kemudian membakar rumah tetangganya itu.

Hakim dan juri yang ada di pengadilan pun bertanya-tanya, kenapa bukan uang tapi justru buku yang dicuri oleh tersangka, dengan tenang Don menjawab, “Aku bukan pencuri”. Terperanjat dengan reaksi tersangka, hakim pun menanyakan alasan Don membunuh tetangganya itu. Dengan dosis ketenangan yang nyaris tak berubah, Don berkata, “Setiap orang pasti mati, cepat atau lambat, buku-buku yang bagus harus dipelihara."

Mendapati jawaban nyeleneh seperti itu dari kliennya, pengacara Don kemudian membantahnya dengan berkata bahwa kliennya tersebut sakit jiwa. Selain itu, sang pengacara menyampaikanb bahwa dia baru saja mendapatkan kabar bahwa ada edisi lain buku tersebut di Paris. Sang pengacara berpendapat bahwa dengan adanya alasan ini, buku yang ditemukan di rumah Don Vincente itu tidak terbukti sebagai milik Patxot. Hakim tidak menggubris ocehan sang pengacara dan langsung menjatuhkan hukuman mati kepada Don Vincente pada tahun 1836 di Barcelona.

Kisah unik tersebut menginspirasi Gustave Flaubert untuk membuat sebuah cerita pendek yang berjudul Bibliomanie, yang ditulis  saat usianya menginjak lima belas tahun di tahun yang sama saat Don Vincente dieksekusi.

Tom Raabe dalam Bibliocholism, The Literary Addiction mengatakan bahwa Bibliomania atau penyakit gila buku merupakan “penyakit kejiwaan” yang ditandai dengan kegemaran seseorang untuk membeli dan mengoleksi buku tanpa pernah dibaca. Bibliomania berbeda dengan Bibliophil, penyakit gila buku, yaitu membeli buku banyak-banyak dan membaca semuanya sampai-sampai usianya habis hanya untuk membeli dan membaca buku. Kisah Don Vincente di atas merupakan contoh dari Bibliokleptomania, yakni pencuri buku.

Selain Don Vincente, ada lagi kisah Stephen Carrie Blumberg, warga Ottumwa sebuah kota kecil di AS yang kisah pencurian bukunya sangat mahsyur, karena jumlah curiannya yang mencapai jutaan dollar. Atau seorang John Gilkey yang melakukan penipuan dengan beragam cara untuk bisa mendapatkan buku yang diincarnya.

Orang-orang seperti Don Vincente, Gilkey, dan Blumberg memang tidak mencuri untuk keuntungan, karena buku-buku yang mereka curi ternyata hanya mereka simpan sebagai bagian dari koleksi perpustakaan mereka. Tapi kejahatan, atas dasar apapun, tentu tak bisa ditolerir, apalagi kalau sampai merugikan pihak lain dan, bahkan, menghilangkan nyawa seseorang.

Kecintaan yang berlebihan memang kerap menyisakan luka jika hanya bertepuk sebelah tangan, termasuk dalam urusan perbukuan. Membaca kembali kisah Don Vincente di atas, terus terang saya cukup bingung ingin menyikapinya seperti apa. Apakah saya harus prihatin, marah, tertawa, atau bagaimana?

Entahlah. [wahidnugroho.blogspot.com]



H2, Juli 2011
Reaksi:

2 komentar: