Kamis, 20 Agustus 2015

Mimpi Mamak

Awal mulanya adalah sebuah mimpi.

Sekitar dua pekan yang lalu, mamak saya bercerita bahwa beliau baru saja bermimpi aneh. Di dalam mimpinya, beliau melihat saya hanya memakai celana saja, tanpa kaus dan baju yang menutupi bagian atas tubuh saya. Dengan wajah penuh kecemasan, beliau menafsirkan mimpi itu sebagai pertanda bahwa saya akan menemui sebuah peristiwa yang berpotensi membuat saya dipermalukan. Dipermalukan dalam hal apa? Entahlah.

Saya lalu menenangkan beliau seraya berkata bahwa insya Allah semuanya baik-baik saja. Saya merasa bahwa hidup saya tidak melenceng-melenceng amat. Kalaupun saya pergi ke kantor dengan hanya beralaskan sendal itu bukan sebuah aib yang perlu dikhawatirkan. Atau kebiasaan saya nyeker di ruangan dan berjalan sambil membaca hingga kadang tersandung pun bukan sebuah masalah yang perlu dirisaukan. Saya merasa hidup saya biasa-biasa saja. Kalaupun ada sedikit kenakalan yang saya lakukan, rasa-rasanya kenakalan itu masih bisa ditolerir. Kalaupun ada kelakuan saya yang agak memalukan, rasa-rasanya juga nggak parah-parah banget hehe.

Saya juga mengingat hutang-hutang saya dan bertanya dalam hati; apakah karena sebab hutang ini saya akan dipermalukan? Bisa jadi demikian berhubung saya masih punya ’sangkutan’ dengan beberapa orang dalam jumlah yang cukup lumayan. Atau mungkin ada buyer saya yang memendam kekecewaan dengan barang jualan saya yang bisa jadi tidak sesuai dengan seleranya. Kemungkinan itu pun telah saya masukkan ke dalam kotak termasuk beberapa kemungkinan lain.

Hari-hari kemudian berjalan sebagaimana biasa. Saya mengantar anak-anak ke sekolah, mengadakan perjanjian, melakukan pertemuan, rapat-rapat kecil seperti biasa, melakukan pekerjaan saya di kantor seperti biasa, dan membaca buku-buku yang kian menumpuk juga sebagaimana biasanya. Sampai akhirnya sebuah telepon dari nomor asing menghubungi saya hari Rabu (19/8) sore kemarin. Mendapati nomornya yang berawalan 0811, saya menduga bahwa sang penelepon adalah salah satu wajib pajak yang sedang saya periksa. Kenapa saya sampai menduga demikian? Karena nomor berawalan 0811 hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu. Orang-orang yang sudah lama menikmati teknologi seluler jauh sebelum teknologi itu akrab dengan kebanyakan kita saat ini. Singkat cerita: nomor itu bukan milik sembarang orang.

Adalah sebuah hal yang aneh ketika saya mengangkat nomor asing di handphone lawas saya. Aneh, karena saya tidak biasa mengangkat telepon dari nomor yang tidak ada namanya di handphone tanpa pemberitahuan terlebih dulu. Trauma dengan sales kartu kredit yang seolah tanpa ujung membuat saya lebih berhati-hati menerima telepon dengan melakukan proses verifikasi a la saya terlebih dulu.

Singkat cerita, nomor berawalan 0811 itu menelepon dan saya mengangkatnya. Terdengar suara serak dan agak berat. Ia bertanya apa benar nomor yang diteleponnya itu adalah milik saya yang juga pengelola Lauwe Cloth, saya mengiyakan. Awalnya saya membatin, kenapa tiba-tiba ada yang bertanya Lauwe Cloth, usaha kaos distro yang saya buka pada tahun 2011 silam, hari ini? Mungkin sang penelepon lagi butuh kaos distro, batin saya ketika itu. 

Namun prasangka saya ternyata meleset. Sang penelepon menyebut nama sebuah akun facebook berinisial CM. Sebuah akun yang secara kebetulan juga sedang saya amati sepak terjangnya akhir-akhir ini di sebuah forum diskusi di Facebook bernama Luwuk Post itu. Sang penelepon berkata bahwa nomor handphone saya yang sedang diteleponnya itu ternyata terkoneksi dengan akun tersebut. 

Makjang! Betapa syok dan terkejutnya saya ketika itu. 

Memang kalau mau melakukan kilas balik, grup yang awalnya adem-ayem-tentrem itu tiba-tiba saja meriuh dalam beberapa hari terakhir. Ada beberapa nama yang menarik perhatian saya, dan salah satunya adalah si CM tersebut yang saya nilai cukup mendobrak kesunyian grup dengan postingan-postingannya yang cukup menghangatkan suasana. CM bahkan tak segan melabrak ke sana dan ke sini demi memuaskan hasrat keingintahuannya yang tinggi. Ada beberapa member yang sebagiannya saya kenal secara pribadi turut nimbrung di dalam postingannya di sana. Saya yang hanya silent reader di grup itu sambil sesekali memposting beberapa informasi seputar donor darah dan rumah yang saya baca mau tidak mau jadi ikut menikmati dinamika yang terjadi di dalam grup tersebut. 

Kembali ke soal penelepon.

Syok yang sedemikian rupa membuat saya melongo beberapa saat. Kaget campur heran dosis tinggi melanda saya ketika itu. Prasangka awal yang tadinya saya kira calon pembeli kaos distro yang sudah almarhum itu ternyata justru membawa berita yang mengejutkan buat saya. Dengan kata lain, dari nada bicara sang penelepon yang investigatif, saya menduga bahwa saya tengah dicurigai berada di balik sang akun palsu tersebut. Ajegile!

Saya lalu bertanya balik kepada penelepon tentang identitasnya yang ternyata malah langsung ditutupnya tanpa menjawab. Atas kelakuannya yang kurang menyenangkan itu, wajar bila saya menganggapnya sebagai telepon gelap. Karena penelepon yang beradab pasti akan memperkenalkan dirinya terlebih dulu sebelum bertanya kepada orang yang baru kali pertama diteleponnya. 

Kisah lalu berlanjut.

Kata-kata Lauwe Clothing membuat saya jadi teringat dengan usaha kaos distro itu. Usaha yang saya mulai sejak saat pelaksanaan MTQ di Kabupaten Banggai beberapa waktu yang lalu itu sudah tidak berlanjut lagi. Akun facebook yang saya daftarkan sejak tahun 2011 pun sudah saya lupakan username dan passwordnya. Lalu tiba-tiba saja tidak ada angin dan tidak ada hujan, empat tahun setelahnya, ada orang asing yang menelepon saya dan bertanya tentang usaha itu, lalu tiba-tiba menukikkan pertanyaannya ke soal akun palsu yang membuat – bagaimana saya menyebutnya –  keresahan di sebuah grup facebook? Saya hanya bisa geleng-geleng kepala karena tidak percaya.

Lagipula saya ini siapa? Orang asli Luwuk bukan. Cuman pendatang yang ditakdirkan menikah dan berketurunan di Luwuk. Lagipula apa urusan saya dengan Luwuk Post sampai saya harus repot-repot mengkritisi mereka di forum publik? Kalau saja bung Herdiyanto selaku pemred Luwuk Post bawa lari uang saya (ini cuma contoh ya gan hehe) mungkin saya bakal bikin keributan di sana. Hla hidup saya yang selama ini adem ayem lagi harmonis sama Luwuk Post selama bertahun-tahun kok tiba-tiba saja jadi berubah sedemikian rupa hanya karena kelakuan sebuah akun palsu yang entah siapa orang di sebaliknya? 

Tidak tinggal diam, saya lalu mensearch nama akun Lauwe Cloth itu di fasilitas pencarian facebook, hasilnya nihil. Saya mencarinya di google dan hasilnya masih juga nihil. Padahal saya ingat betul dulu pernah membuat akun FB Lauwe Cloth sebagai sarana bakulan kaos saya hanya saja saya lupa sama sekali dengan username dan juga passwordnya. 

Saya lalu mengirim pesan kepada penelepon bahwa bisa jadi akun Lauwe itu diambil (dihack) oleh seseorang entah siapa, dengan cara entah bagaimana, lalu mengganti nama akunnya dengan akun berinisial CM, dan melakukan keriuhan di grup tersebut. Ketika menawarkan teori pembelaan diri itu kepada si penelepon, saya paham betul bahwa posisi saya memang sangat lemah. Belum lagi ketika membaca respon sang penelepon melalui pesan singkat yang dikirimnya dimana seolah-olah ia telah menjudge saya sebagai pihak yang harus dimintai tanggungjawab tanpa melakukan penelusuran terlebih dahulu!? Padahal bisa jadi saya juga korban dari perilaku tidak bertanggungjawab itu: membajak akun milik saya dan menyalahgunakannya untuk kepentingan tertentu? Meski saya ketika itu sudah tidak terlalu berselera menjawab pesan singkat tersebut, pada akhirnya saya tetap membalasnya juga.

Saya lalu menghubungi seorang wartawan Luwuk Post yang menjadi teman saya di facebook bernama Zulhelmi Alting alias Bimbim dan berdiskusi cukup banyak dengannya. Ia mengaku bahwa yang menelepon saya tadi itu adalah temannya. Dari situ saya berkesimpulan bahwa sang penelepon juga bagian dari jaringan Luwuk Post. Saya berterima kasih dengan pengertiannya dan juga atas asas praduga tak bersalahnya kepada saya meski saya juga mengutarakan keberatan saya dengan ‘tuduhan’ sang penelepon gelap itu melalui pemilihan kalimatnya yang terkesan memojokkan saya. Saya kemudian memberikan sedikit penjelasan dan kronologis atas apa yang sebenarnya sudah terjadi, termasuk juga sekilas tentang respon saya dengan dinamika yang terjadi di dalam grup Luwuk Post itu. 

Tapi sudahlah, saya awalnya tidak mau terlalu ambil pusing dengan sesuatu yang sebenarnya bukan menjadi urusan saya. Meski saya kepikiran juga dengan pesan singkat bernada ‘tuduhan’ itu sehingga saya akhirnya memutuskan untuk menuliskan kronologis tak sempurna ini kepada khalayak umum, sebagai langkah antisipatif saya sebelum perkembangannya menjadi spekulasi yang tidak menentu. Saya juga tetap mencoba menghargai upaya teman-teman di Luwuk Post untuk mengelola dan menata keriuhan yang ada di grup facebook itu menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi publik dengan tetap mengedepankan itikad yang baik dan menjaga silaturahim sebagai sesama warga Luwuk yang saling bersaudara.

Lalu, apa hubungan cerita tak penting ini dengan mimpi mamak saya? Entahlah. Saya berharap agar peristiwa yang aneh nan ganjil ini hanya akan menjadi bunga-bunga kehidupan yang akan saya ceritakan kepada anak-anak saya kelak.

Moga Allah mudahkan urusan ini. Amin. [wahidnugroho.com]



Tanjung, Agustus 2015
Reaksi:

0 celoteh:

Posting Komentar