Jumat, 13 September 2013

Pillow Talk



Pillow Talk, itu bukan berarti ngomong sama bantal, bukan juga ngomongin bantal dan segala problematikanya yang bisa jadi nggak penting-penting banget. Pillow Talk, menurut saya, adalah salah satu momen paling intim yang perlu dimiliki oleh tiap-tiap pasangan suami istri. Kenapa saya bilang intim? Ya karena omongan ini hanya beredar di antara suami dan istri aja.

Temanya lumayan beragam dan kadang nggak fokus. Mulai dari kerjaan di kantor, hal-hal sepele di perjalanan, gak terkecuali ngomongin orang lain. Kadang juga ngomongin hal-hal yang berbau, err gimana meredaksikannya ya, seks gitu (aih malu), kadang juga ngomongin soal masa depan anak-anak, atau ngevaluasi pribadi pasangan masing-masing, dan gak jarang obrolan ini berujung pada, duh jadi nggak enak nih nulisnya hehehe, hubungan suami istri.

Lho, kenapa ada istilah “nggak jarang berakhir dengan hubungan suami istri”? Karena ketika kita (kita?) lagi Pillow Talk, nggak mungkin lah ngelakuinnya sambil tidur terentang dan mandangin langit-langit rumah yg polos dan tangannya diem aja. Ya paling nggak Pillow Talk itu dilakuin sambil saling memeluk tubuh satu sama lain, membelai-belai rambutnya yang harum, meremas-remas jemarinya yang halus, memijat-mijat, bahkan sampai menyentuh bagian-bagian intim dari pasangan kita masing-masing dan nggak jarang berakhir dengan... halah terusin sendiri deh....

Hais, jadi pengen cepet pulang hehe..


Pillow Talk ini bisa jadi semacam ritual rutin yang dimiliki oleh pasangan suami istri, tak terkecuali mereka yang menjalani Long Distance Relationship atau LDR. Bedanya, mereka yang menjalani LDR hanya bisa bersua lewat udara dan kulit tubuh mereka tidak bisa saling menyapa (ahay).

Saya pribadi suka mengawali tidur malam kami dengan Pillow Talk. Ketika anak-anak sudah tidur semuanya, kendaraan sudah dikandangkan, dan hal-hal lain sudah diselesaikan, atau ditunda untuk diselesaikan keesokan harinya, mulailah kami berdua ngobrol. Obrolan itu kadang berdurasi panjang, kadang singkat kalo pas lagi capek. Kadang saya banyak berbicara sampai istri saya tertidur, lalu saya kembali meja kerja saya di kamar tengah dan nerusin kerjaan saya. Kadang saya duluan yang tertidur ditemani elusan lembut istri di kepala saya.

Momen ini gak jarang menjadi momen of truth. Kadang saya bisa menggali informasi rahasia dari istri saya, sambil saling berjanji untuk tidak saling membocorkannya, tapi istri saya boleh dibilang jarang banget mampu menggali informasi rahasia dari saya hehe... Nggak adil ya? Saya nggak tau kalo ini benar atau salah, tapi saya selalu punya prinsip bahwa Jujur itu bukan berarti mengatakan segala-galanya. Jadi ketika saya berkata jujur kepada siapapun, itu bukan berarti saya telah mengatakan segala yang saya tahu kepadanya. Orang bilang itu namanya Rahasia Lelaki. Bahwa setiap lelaki di atas muka bumi ini pasti punya rahasia yang bahkan pasangannya sendiri tidak mengetahuinya. Rahasia tentang apa? Saya nggak tau dan nggak tertarik untuk tau hehe...

Yang pernah baca cerita Profumo Affair-nya Christine Keeler feat John Profumo pasti tau lah, mengapa Pillow Talk bisa jadi momen of truth. Jadi si Christine ini adalah seorang agen rahasia Sovyet yang menyamar sebagai pelacur di Inggris dan berhasil menguak rahasia-rahasia negara ketika doi lagi ngamar (halah bahasanya) bareng Menteri Pertahanan Inggris ketika itu yang bernama John Profumo. Makanya skandal ini disebut Profumo Affair, secara kalo nama menhan Inggris itu Joko pasti namanya bakalan jadi Joko Affair hehe (nggak lucu). Bagi Anda yang suka nonton film-film holiwud, kadang ada adegan-adegan ketika sang agen (perempuan/lelaki) berhasil mendapatkan informasi berharga saat mereka lagi beradegan syur dengan sumber informasinya (hayoo, sering nonton film James Bond dan semacemnya kan? Hehe).

Lho kok jadi ngelantur gini ya?

Ehem. Jadi inti dari tulisan ini adalah bahwa bagaimanapun permasalahan hidup berumah-tangga mendera hari-hari kita, sehingga kita jadi capek, stress, pusing, dan tekanan batin dibuatnya, selalu ada cara untuk menetralisir semua permasalahan itu sebelum diselesaikan satu demi satu. Cara itu adalah Pillow Talk. Karena kadang tidak semua masalah harus diselesaikan kecuali dengan dibicarakan. Ada hal-hal yang mengganjal dan tak kunjung menguap hanya karena tidak dibicarakan/diungkapkan/disampaikan. Dan bila sepasang suami istri sudah jarang memprioritaskan waktu mereka untuk bicara dari hati ke hati, melepaskan ego-ego sepele dan hal-hal nggak penting, maka tunggu saja bom waktu bernama prahara rumah tangga yang gak jarang berujung pada perceraian, na’udzubillahi min dzalik. Makanya sampe ada iklan sebuah produk minuman yang menggunakan tagline Mari Bicara. Karena hidup kita saat ini sudah sangat gaduh dan padat, sehingga momen-momen intim yang limited edition with unlimited action itu, iykwim, sudah sangat sulit didapatkan.

Selaku suami, saya merasa sentuhan dan perhatian yang diberikan istri saat Pillow Talk ibarat selimut yang diberikan Khadijah r.a kepada Nabi Muhammad saw ketika beliau baru saja menerima wahyu di Gua Hira. Rasulullah yang gemetar dan ketakutan dengan apa yang baru saja dialaminya, langsung merasa tenang ketika ada sosok istri yang menetralisir kegundahan hatinya. Seperti seorang anak yang ketakutan dan langsung merasa tentram ketika ia melihat ada sosok orangtua di sisinya. Tak heran bila sahabat sekelas Umar ra yang begitu keras dan tegas pernah berkata, “Jadilah kalian seperti anak-anak di hadapan istri kalian.”

So, let’s talk. [wahidnugroho.com]


Kilongan, September 2013 
Reaksi:

0 celoteh:

Posting Komentar