Senin, 16 September 2013

Aurat Anak



Mbak Azka dan Ci Fidel, putri pertama dan ke dua saya, sedang bermain di teras rumah. Semua mainan dari dalam rumah dikeluarkan dan dihambur di teras yang tidak terlalu luas itu. Sementara adik bungsu mereka, Gendis, melihat kedua kakak perempuannya yang sedang asyik bermain dari arah pintu yang dipasangi pele-pele papan. Saat bermain, ketiga anak perempuan saya tidak mengenakan jilbab mungil mereka yang berhamburan di nyaris seluruh sudut rumah. Entah kenapa, saya justru merasa malu ketika melihat ketiga putri saya tidak memakai jilbab saat mereka bermain di luar rumah, even cuman di teras. Beginikah perasaan orangtua yang punya anak perempuan?

Saya tidak tahu secara saya masih orangtua kemaren sore, nubitol pakingsit dalam urusan kayak beginian.

Itulah sebabnya saya selalu menyampaikan kepada istri, bahwa anak-anak kita semuanya perempuan. Karena mereka perempuan, maka kita harus mendidik mereka untuk menjadi muslimah yang baik. Membiasakannya dengan hal-hal baik, mengajarinya hal-hal yang laik untuk dilakukan, dan memberitahunya hal-hal yang perlu dihindari sembari menjelaskan alasan-alasannya kenapa hal-hal itu perlu untuk dihindari. Salah satu tema besar yang selalu menjadi concern kami dari awal adalah soal membiasakan anak untuk menutup aurat.

Mereka memang masih sangat kecil, bahkan masih tergolong balita. Tapi saya merasa bahwa pembiasaan untuk menjaga aurat itu perlu dimulai dari sekarang. Biar saja orang lain mau komentar apa soal kebijakan ini, tapi saya merasa bahwa pembiasaan ini perlu untuk ditanamkan dalam benak anak-anak sedini mungkin. Bahwa ketika mereka di luar rumah, maka boleh melepas jilbab. Namun ketika ada temanya yang datang, seperti anak lelaki tetangga yang kerap datang mengaji ke rumah kami, maka mereka harus memakai jilbabnya. Pun ketika bermain di luar rumah, seperti di teras misalnya, atau ketika jalan bareng umminya ke warung, maka jilbab harus melekat erat di atas kepalanya dan dijulurkan sampai ke dada.

Pembiasaan ini memang bukan hal yang mudah. Yang namanya anak-anak pun kadang pengennya ngelakuin hal yang simpel dan ribet. Apalagi dengan kondisi lingkungan, such as oma dan mbahnya yang gak gitu care soal ini, serta kondisi ortu lain yang justru mengumbar aurat putri-putri mereka dengan menggunakan pakaian-pakaian yang minim bahan. Tapi saya dan istri berusaha untuk tidak bosan-bosannya mengingatkan mereka untuk menutup auratnya ketika keluar rumah dan tetap bergeming dengan excuse apapun yang hadir di telinga kami.

Perkara menjaga aurat anak bisa jadi bagi sebagian orang adalah perkara remeh, sehingga mereka melakukan pembiaran dan pemakluman terhadap anak-anaknya, entah itu lelaki atau perempuan. Tapi bagi saya dan istri, ini adalah perkara yang besar. Ini adalah perkara penting yang harus kami jaga dan perhatikan sebaik-baiknya, karena ini adalah urusan martabat dan salah satu cara mengukur harga diri mereka sebagai seorang muslimah di masa depan kelak.

Semoga usaha kecil ini mendapatkan kemudahan dari Allah dan semoga Allah sentiasa menjaga anak-anak kita. Amin. La haula walaa quwwata illa bilaah. [wahidnugroho.com]


Kilongan, September 2013 
Reaksi:

0 celoteh:

Posting Komentar