Rabu, 18 Februari 2015

Romansa Sederhana

Panasnya siang. Cuaca membara mengundang dahaga. Terik mencekik, keringat menganak sungai di tengkuk dan pelipis. Seorang lelaki menghentikan mobil yang sedang dikendarainya di depan sebuah warung kelontong. Dibelinya beberapa botol minuman dingin yang botolnya berembun karena disimpan di kulkas dalam waktu yang cukup lama. Dua untuk anak-anaknya, dua untuk dirinya dan istrinya. Selesai membayar belanjaan, lelaki itu kembali ke mobilnya, menyerahkan dua botol minuman dingin kepada kedua anaknya, yang langsung menyambut minuman itu dengan sukacita, dan melaju pelan membelah jalanan siang yang lengang.

Istriku yang kepanasan di jalan itu pasti akan senang kalau mendapati minuman dingin nan manis ini di lemari pendingin, gumam sang lelaki yang sedang menanti kedatangan istrinya itu.

Beberapa menit kemudian, sang istri yang ditunggunya datang. Aneka belanjaan melekat di kedua tangannya. Ada bawang merah, bawang putih, kacang tanah, dan sebagainya. Setelah semua barang-barang diletakkan di dapur, sebuah bungkusan plastik yang berembun ditunjukkannya kepada sang suami, lelaki itu. Bungkusan itu ternyata berisi es cendol yang sengaja dibeli oleh sang istri untuk dirinya dan suami. Ketika sang istri berjalan ke dapur dan membuka kulkas, ia lalu mendapati dua botol minuman favoritnya bertengger di sana: dingin, berembun, menggoda mata nyalang yang beberapa saat lalu terbakar matari dan terpapar debu sehari.

Ternyata mereka berdua, suami dan istri itu, punya jalan pikiran yang sama meski sebelumnya mereka tidak berjanji untuk saling membelikan minuman dingin di siang yang panas ini. Mendapati “kebetulan” itu, mereka berdua lalu saling tertawa. Renyah.

Peristiwa “kebetulan” di atas bisa jadi sebuah peristiwa yang biasa dan tidak terlalu istimewa. Hanya sebuah fragmen kehidupan berumah-tangga yang sederhana. Tapi sadarkah kita bahwa kejadian itu justru menandakan bahwa hati kita sebenarnya telah  terpaut dengan pasangan kita masing-masing?

Kalau intinya cinta adalah memberi, urai Anis Matta dalam Serial Cinta, maka pemberian pertama seorang pencinta sejati adalah perhatian. Memperhatikan, lanjut pria yang akrab disapa bung Anis itu, adalah kondisi di mana kamu keluar dari dalam dirimu menuju orang lain yang ada di luar dirimu. Dalam hal cerita di atas, sang suami yang pulang ke rumah lebih dulu membayangkan sebuah situasi yang bisa menyenangkan hati sang istri yang pulang kemudian yakni dengan membelikannya minuman dingin dalam cuaca yang panas seperti ini. Sementara itu, hati sang istri diliputi kegembiraan ketika membayangkan sang suami yang akan merasa senang karena sebungkus es cendol dingin yang dibelinya di perjalanan pulang itu akan jadi pemuas dahaga yang menyegarkan. Sebuah hal sepele, jika mengandung perhatian yang tulus, ternyata mengandung romansanya tersendiri. Sederhana. Tapi indah. [wahidnugroho.com]

Kilongan, Februari 2015 

Reaksi:

0 celoteh:

Posting Komentar